Ketika berada di Yogyakarta Jumat lalu (17 November 2017), saya akhirnya bisa berkunjung lagi ke museum. Sudah lumayan lama tidak main ke museum. Terakhir ke museum adalah saat mengunjungi Museum Mainan Anak Kolong Tangga. Yogyakarta masih memiliki banyak museum keren. Saya lalu tergoda untuk mampir. Mumpung masih ada waktu juga sebelum kembali ke Semarang. Pilihan saya lalu jatuh pada Museum Sonobudoyo.
Museum Sonobudoyo berada di kawasan Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Dekat sekali dengan tempat saya sedang membeli oleh-oleh titipan teman. Jadilah sambil menenteng kresek oleh-oleh, saya memasuki halaman depan Museum Sonobudoyo.
Museum Sonobudoyo yang saya kunjungi adalah Unit I yang berada di Jalan Trikora. Museum ini memiliki koleksi yang berkaitan dengan sejarah serta budaya Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Masih ada juga Museum Sonobudoyo Unit II yang berada di nDalem Condrokiranan-Wijilan (sebelah timur Alun-Alun Utara). Sayangnya saya belum sempat mampir ke Unit II Museum Sonobudoyo.

Halaman depan museum yang luas dan bersih sudah mulai menarik perhatian saya. Begitu pula dengan bentuk bangunannya yang berupa rumah joglo hasil desain arsitek kenamaan Thomas Karsten sekitar tahun 1933 silam. Di pintu masuk, saya disambut oleh dua orang pria paruh baya. Keduanya ramah menyapa.
“Pak, mau beli tiket untuk lihat-lihat ke dalam,” ujar saya pelan.
“Oh ya, monggo mbak…” keduanya menjawab kompak.
Salah satu pria tadi lalu mengantarkan saya ke meja tiket. Saya membayar Rp 3.000,- untuk selembar tiket. Murce, alias murah meriah. Harga tiket masuk Museum Sonobudoyo ini sebenarnya bervariasi. Lengkapnya bisa dilihat di bawah ini.
Dewasa Perorangan | Rp. 3.000,- |
Dewasa Rombongan | Rp. 2.500,- |
Anak–anak Perorangan | Rp. 2.500,- |
Anak–anak Rombongan | Rp. 2.000,- |
Wisatawan Asing | Rp. 5.000,- |
“Pak, ini bisa langsung masuk sendiri? Atau harus pakai guide?” saya lanjut bertanya pada si bapak.
“Masuk langsung aja nggak apa, Mbak.”
Oke, baiklah. Saya lalu permisi dan langsung masuk ke ruang pamer sendirian. Padahal di Museum Sonobudoyo tersedia pemandu yang siap mengantarkan pengunjung untuk berkeliling.
Lain kali, kalau kalian yang berkunjung, pakai pemandu saja ya. Nanti biar dapat lebih banyak informasi tentang koleksi Museum Sonobudoyo yang ternyata buaaanyyaakkk banget ini. Jangan tiru saya :p
Deretan Koleksi Museum Sonobudoyo Yang Menawan
Museum Sonobudoyo termasuk museum yang memiliki koleksi sangat beragam. Jumlahnya mencapai belasan ribu yang sudah terinventarisir. Berikut deretan koleksi Museum Sonobudoyo yang tersebar di beberapa ruang pamer dan area outdoor.
Ruang Perkenalan
Ruang pertama yang saya masuki berisi koleksi yang lebih berupa perkenalan. Di dalamnya dipajang replika andong, beberapa kain, topeng, dan wayang.

Kalau saya tidak salah memahami, ruang ini jadi seperti memuat rangkuman koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo. (Pembaca yang budiman, cmiiw ya…)
Ruang Prasejarah
Di ruang pamer kedua, yaitu ruang prasejarah berisi koleksi-koleksi dari jaman prasejarah. Ada koleksi seperti tengkorak manusia, alat untuk berburu dan meramu makanan, alat bercocok tanam sederhana, hingga hal-hal yang berkaitan dengan upacara kepada roh nenek moyang di masa prasejarah.

Yang cukup menarik untuk saya adalah koleksi replika peti kubur batu. Di dalamnya ada semacam kerangka manusia utuh. Dari keterangan yang tertera, dijelaskan bahwa kubur yang berbentuk peti ini ditemukan di situs Kajar, Gunung Kidul. Terdiri atas enam papan batu yang terbuat dari batu gamping. Di dalamnya sering ditemukan tulang manusia beserta bekal kubur seperti manik-manik, gerabah, dan alat-alat logam.
Ruang Klasik
Di ruang pamer ini dipajang koleksi dari periode masa klasik abad IV M sampai abad XV M. Pada masa itu pengaruh Hindu dan Budha sangat kuat terutama di kalangan kerajaan. Dalam penyajian koleksi dikelompokkan menjadi 7 unsur kebudayaan seperti sistem kemasyarakatan, bahasa, religi, kesenian, ilmu pengetahuan, peralatan hidup, dan sistem mata pencaharian hidup.


Saat di ruang pamer ini, ada beberapa bagian yang sedang ditutup karena proses perawatan koleksi. Walaupun begitu, saya tetap bisa menikmati koleksi dengan nyaman. Koleksi yang menarik dari ruang ini adalah naskah lontar serta celengan batu jaman dulu berbentuk manusia dan babi yang lucu.
Ruang Batik
Sesuai namanya, ruang pamer ini isinya koleksi yang berkaitan dengan batik. Ada contoh jenis kain batik dalam beberapa motif. Bahan pembuatan batik seperti parafin, malam, tungku, wajan, kipas, dan canting pun turut dipajang.
Ruang Wayang
Ruang wayang ini menurut saya suasananya lebih nyaman dibandingkan dua ruang sebelumnya. Ruangnya lebih dingin dan terang.

Ada banyak koleksi wayang yang dipamerkan di ruang ini. Mulai dari Wayang Gedhog Solo, Wayang Kancil, Wayang Sadat, Wayang Wahyu, Wayang Kancil, Wayang Klitik, Wayang Golek Menak Yogyakarta, Wayang Golek Menak Pasundan, Wayang Dupara, dan masih banyak lagi.
Beruntung dulu saya pernah dikenalkan pada beberapa jenis wayang ini saat mengikuti acara Dolan Museum : Malam Bersama Wayang di Museum Ranggawarsita Semarang. Jadi saya tidak terlalu asing pada beberapa nama wayang tersebut.
Ruang Topeng
Ruang topeng juga nyaman karena terang dan dingin. Berbagai macam koleksi topeng dari berbagai daerah dipajang dalam lemari kaca. Baik itu topeng untuk seni pertunjukan maupun sarana upacara. Ada yang rupanya biasa saja sampai yang paling garang.


Contoh beberapa koleksi topeng di ruang ini adalah Topeng Sabrangan dari Madura, topeng barong, dan topeng bali. Selain itu ada gambar yang menjelaskan mengenai bagan sebuah topeng.
Ruang Ukir
Di ruang ini saya menemukan koleksi berupa kerajinan kayu dengan ukir-ukiran yang cantik. Ada penyekat ruangan, klewer, gantungan lampu, satu set meja kursi dengan ukiran jepara, dan lain-lain.

Yang paling menarik adalah koleksi Gebyong Patang Aring. Ini adalah bagian rumah tradisional Kudus. Saya suka melihat ukirannya yang banyak dan sangat detail.
Ruang Logam


Ruang Senjata
Senjata khas dari beberapa daerah di Indonesia terpajang rapi di ruang senjata. Ada keris, tombak, patrem, clurit, wedhung, hingga kapak. Tiap senjata tersebut bentuknya berbeda-beda sesuai dengan fungsinya.
Ruang Mainan
Kalau melihat koleksi di ruang pamer ini, saya lalu jadi terkenang dengan masa kecil. Beberapa mainan tradisional Jawa yang dipajang di sini dulu pernah saya mainankan bersama kakak dan adik. Sebut saja seperti Kapal Othok-Othok, Yoyo, dan Congklak. Ada pula beberapa gambar tentang permainan yang pernah populer di tanah Jawa.
Ruang Bali
Museum Sonobudoyo juga menyimpan koleksi yang berkaitan dengan adat dan seni budaya masyarakat Bali. Perihal penyebaran agama Hindu di Bali pun bisa dilihat di ruang pamer ini.

Koleksi yang menarik di ruang ini adalah arca penari keris. Dari keterangannya, arca ini menggambarkan penari yang sedang dalam keadaan tidak sadar melakukan gerakan menikam sambil memutar-mutar ujung keris di dadanya. Tari yang dibawakan oleh penari tersebut dilakukan setelah upacara sembahyang dan keluar dari pintu gapura Pura bagian dalam menuju jaba tengah, dan dalam upacara Pengider Ghuwana.
Koleksi Arca di Area Outdoor
Selain koleksi yang ada di dalam ruang pamer, masih ada beberapa arca dan relief yang dipajang di area outdoor. Koleksi arca yang ada di Museum Sonobudyo kebanyakan berasal dari sekitar abad ke-8 sampai ke-12 Masehi.

Dari sekian banyak arca, yang paling bisa saya kenali adalah arca ganesha. Berbekal ingatan tentang gambaran sosok ganesha saat pelajaran sejarah dulu, saya bisa segera mengenali arca yang satu ini.
Yuk Dolan Museum Sonobudoyo
Tepat pukul 13.00 WIB, saya sudah selesai melihat koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo. Dari hasil berkeliling di Museum Sonobudoyo, pengetahuan saya tentang berbagai peninggalan sejarah dan budaya Jawa – Bali makin bertambah.
Banyak hal menarik yang membuat saya berdecak kagum. Kadang saya tidak habis pikir, dengan jaman yang belum serba canggih seperti saat ini, kok bisa ya orang-orang jaman dulu menghasilkan senjata atau berbagai kerajinan tangan yang luar biasa.


Koleksi yang tersimpan rapi di Museum Sonobudoyo bagi saya adalah sebagian kecil dari kekayaan bangsa Indonesia. Koleksinya bukan hanya sekedar pajangan benda-benda tidak bernilai.
Makanya, yuk dolan ke Museum Sonobudoyo. Kenali lebih banyak kekayaan Indonesia melalui koleksi-koleksinya ini.
Jam Buka
Selasa – Kamis | 08.00 – 15.30 WIB |
Jumat | 08.00 – 14.00 WIB |
Sabtu & Minggu | 08.00 – 15.30 WIB |
Apakah ada pemandunya juga kak?
Ada pemandu kok. Kalau memang sekalian penjelasan yang lebih lengkap, pakai pemandu lebih baik